Selasa, 17 April 2012

Resume Filsafat Ilmu

Nama                :Yusnillah Sari
Mata Kuliah     : Filsafat Ilmu
Dosen               : Erfina, S.Sos
Bab 1 : Pengenalan Ilmu Filsafat
    Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan. Beberapa langkah menuju kebijaksanaan itu antara lain adalah membiasakan diri untuk bersikap kritis terhadap kepercayaan dan sikap yang selama ini sangat kita junjung tinggi, berusaha untuk memandukan (sintetis) hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsistententang alam semesta beserta isinya, mempelajari dan mencermati jalan pemikiran para filsuf untuk memecahkan masalah kehidupan yang bekembang saat ini, dan menelusuri butir-butir hikmah yang terkandung dalam ajaran agama.
    Filsafat secara etimlogis berasal dari bahasa Yunani philosophia, philos (suka, cinta atau kecenderungan akan sesuatu), shopia (kebijaksanaan). Beberapa cara berfikir kefilsafatan antara lain adalah radikal, universal, konseptual, koheren dan konsisten, sistematik, komprehensif, bebas dan bertanggung jawab. Ada beberapa gaya berfilsafat yaitu berfilsafat yang terkait erat dengan sastra, berfilsafat yang dikaitkan dengan social politik, filsafat yang terkait erat denan metodologi, berfilsafat yang dikaitkan dengan kegiatan analisis bahasa, berfilsafat yang dikaitkan dengan menghidupkan kembali pemikiran filsafat di masa lampau, berfilsafat dikaitkan dengan filsafat tingkah laku atau etika. Ada beberapa bidang utama dalam filsafat seperti metafisika, epistemologi, dan aksiologi, merupakan landasan pengembangan ilmu pengetahuan.
Prinsip-prinsip dalam berfilsafat. Pertama, meniadakan kecongkakan maha tahu sendiri. Kedua, perlunya sikap mental berupa kesetiaanpada kebenaran (a loyality to truth). Ketiga, memahami secara sungguh-sungguh persoalan-persoalan filsafati serta berusaha memikirkan jawabannya. Keempat, latihan intelektual itu dilakukan secara aktif dan dari waktu ke waktu dan diungkapkan baik secara lisan maupun tulisan. Kelima, sikap keterbukaan diri.


II. Ilmu Dalam Peradaban-peradaban Lain
    Kebudayaan Islam paling relevan bagi ilmu Eropa. Bukan sekedar karena dekatnya hubungan antara Islam dengan Judaisme dan Kekristenan, melainkan juga karena adanya kontak kultural yang aktif antara negeri-negeri berbahasa Arab dengan Eropa Latin pada masa-masa yang menentukan. Ironisnya zaman kebesaran Islam bersamaan waktunya dengan titik nadir kebudayaan di Eropa Barat. Kontak antara Islam dan Eropa Latin sebagian besar berlangsung melalui Spanyol, di mana orang-orang Kristen dan Yahudi dapat bertindak sebagai perantara dan penerjemah. Abad ke-12 menunjukkan adanya suatu program penerjemahan besar-besaran karya-karya berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin, mula-mula di bidang astrologi, dan magis, kemudian di bidang kedokteran dan akhirnya di bidang filsafat dan ilmu.
    Peradaban India yang tertua sampai sekarang masih hidup. Peradaban itu telah mencapai tingkat teknologiyang tinggi sejak tahap awalnya. Jelas terlihat bahwa matematika India, dengan system bilangan dan perhitungannya yang telah berkembang cukup tinggi, mempengaruhi aljabar Arab, juga melengkapi angka-angka utama arab (yakni, Sembilan digit dan satu angka nol dalam suau system nilai-tempat. Oleh karena itu prestasi-prestasi Eropa dan India tak dapat dibandingkan secara ketat melainkan harus dianggap sebagai sebagai saling melengkapi satu sama lain.
    China memunculkan tantangan yang lebih besar kepada sejarawan ilmu Eropa. Dalam karyanya yang monumental, sejarawan ilmu inggris, Joseph Needham, telah menunjukkan pola-pola penyampaian serangkaian penemuan-penemuan penting dari Cina begian barat. Selama beberapa abad Jepang merupakan jajahan kultural Cina. Jepang mengalami penyingkapan singkat dalam ilmu dan agama Barat sebelum para penguasanya di penghujung abad ke-17 memutuskan untuk menutup pintu pada pengaruh-pengaruh yang dianggap membahayakan. Para Ilmuwan Jepang, para teknisi dan orang-oang awam masa kini memutuskan untuk menjalani hidup dalam dua sisi sebagian dalam dunia yang hiper modern dan sebagian lagi masih dalam salah satu tradisi kuno yang ketat.

III. Penciptaan Ilmu Eropa
    Penciptaan Ilmu Eropa mempunyai dua fase; pertama, perkembangan teknis di abad ke-16, dan kedua, revolusi filosofis di abad ke-17. Sejak itu muncullah gagasan ilmu yang berlaku hingga saat ini. kata Ilmu dan nenek moyangnya Yunani dan Latin adalah suatu hal yang sudah tua, dengan arti-artinya yang terus-menerus berubah. Konsepsi pengetahuan yang berlaku masa itu masih bebeda secara radikal dengan konsepsi masa kini. Pada masa itu umumnya diterima bahwa pernah ada suatu zaman keemasan ketik semua hal diketahui (ketika semua manusia masih berdiam di Taman Eden dan barangkali di zaman Kuno atau Zamannya para bijaksana). Tahun 1413 merupakan saat permulaan begi ekspansi Eropa, saat pertama kali bangsa Eropa menyerbu pantai Afrika, tepat 500 tahun sebelum perang dunia I, awal pemisahan kekaisaran-kekaisaran Eropa.
    Pada abad ke-17 terjadi perumusan kembali yang radikal terhadap objek-objek, metode-metode dan fungsi-fungsi pengetahuan ilmiah. Target utama serangan para revolusioner ialah pendidikan tradisional yang lebih tinggi yang disebut Skolastik. Para nabi tokoh-tokoh revolusioner abad ke-17 ialah Francis Bacon di Inggris dan Galileo Galilei di Italia. Karakter khusus ilmu Eropa dapat dijelaskan melalui keadaan-keadaan ketika para ilmuwan menggarap bahan-bahan yang diwarisi selama dua fase berturut-turut. Hal itu mencakup prinsip dasar pengenalan dunia alamiah melalui argument demonstrative, prinsip yang pertama kali dicapai dalam kebudayaan Yunani, kemudian dipungut oleh peradaban Islam namun bukan yang lain.
    Ilmu Eropa berhutang budi pada keberhasilan-keberhasilan masa lampau dan karakter khususnya yang mempunyai andil pada metafisika dan metode-metodenya, ciri-ciri dasar masyrakat Eropa: individualism agresif yang ditempa oleh suatu Prinsip bekerja sama untuk kemaslahatan umum.



IV. Ilmu di Zaman Revolusi Modern
    Menjelang abad ke-18, mulailah revolusi industry yang mentransformasikan Eropa dari masyrakat agraris menjadi masyrakat perkotaan, pada akhir abad inilah terjadi Revolusi Prancis, saat mana ide-ide politik modern dipraktekkan untuk pertama kali. Dalam transformasi industry eropa yang bertahap namun mendalam, sumbangan langsung ilmu, pada mulanya kecil. Kebanyakan kemajuan awal berasal dari rasionalisasi teknik-teknik kerajinan dan penemuan-penemuan mesin sederhana untuk menggantikan penggarapan-penggarapan manual. Sumbangan revolusi Industri kepada ilmu, petama-tama tidak langsung. Dalam rangka industralisasi daerah-daerah Inggris (Lowlands Scotland, Midlands dan Cornwall), dikembangkanlah suatu pertemuan resmi untuk hasil-hasil ilmiah.
    Permulaan yang agak lebih awal dari revolusi Industri adalah gerakan yang berpusat di Prancis, yang pertama kali membawa ilmu memasuki bidang politik. Gerakan ini dinamai pencerahan (Enlightenment). Ilmu alam mempunyai peran yang signifikan pada saat Revolusi Prancis. Gaya dominan ilmu di zaman Revolusi ialah matematis. Pada puncak revolusi muncul gerakan balik dalam ilmu yang menyalahkan pendekatan matematis karena bersifat steril dan elitis. Sebagai mana dalam revolusi Prancis, pada waktu yang sama, filsafat alam (Naturphilosophie) tumbuh subur di Jerman. Di Inggris, pengaruh-pengaruh naturphilosophie sebagian besar terlihat dengan jelas pada penyair-penyair romantic. Prestasi-prestasi ilmiah pada penyokong Naturphilosophie yang masih ada sampai sekarang hanya sedikit, walaupun barangkali banyak lagi yang dapat dikenali bila dilakukan penelitian historis yang lebih simpatik. Akhirnya naturphilosopie menjadi suatu pemikiran ortodoksi melalui para professor universitas. Para pendiri ilmu eksperimental di Jerman pada tahun 1830-1840 merasa jalannya dirintangi oleh mereka dan terjadilah pertarungan-pertarungan sengit walaupun para ilmuwan menang, namun selama beberapa generasi mereka selalu dihantui oleh hantu naturphilosophie, dan mereka bereaksi dengan mengekang semua tendensi-tendensi spekulatif yang paling keras, memperkuat sifat kering dan gaya tak manusiawi ilmu yang dipandang oleh para penyair dengan perasaan jijik.

V. Etika (Filsafat Moral)
    Etika secara etemologi berasal dari kata Yunani, yakni ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminology, etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Etika normatif sudah memberikan penilaian mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak.
    Pembagian etika antara lain adalah etika individual dan etika social. Etika individual membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia secara individu. Etika social membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan orang lain. Moral berasal dari kata Latin yaitu Mos jamaknya Mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam kehidupan seharihari digunakan untuk mengungkapkan kesadaran bahwa kewajiban moral itu bersifat mutlak, mengungkapkan Rasionalitas kesadaran moral, mengungkapkan segi tanggung jawab subjektif. Ada banyak macam norma. Ada norma khusus, yaitu norma yang hanya berlaku dalam bidang dan situasi yang khusus. Norma umum ada tiga macam yaitu norma sopan santun, norma ini menyangkut sikap lahiriah manusia. Norma hukum, adalah norma yang dituntut dengan tegas oleh masyrakat karena dianggap perlu demi keelamatan dan kesejahteraan umum. Norma moral, adalah tolak ukur yang dipakai masyrakat untuk mengukur kebaikan seseorang.
Menurut Bartens ada empat perbedaan sangat penting antara etika dan etiket yaitu etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia, sedangkan etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika selalu berlaku juga kalau tidak ada saksi mata. Etiket bersifat relative, sebaliknya etika jauh lebih absolut. Etiket hanya memandang manusia dari lahiriahnya saja, sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam.
 
VI. Estetika
Estetika dari kata Yunani aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Estetika dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatik. Estetika diskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan estetika normatik mencari dasar pengalaman itu. Banyak pemikir sejarah telah berbicara tetang music, dari Konfusius, Pythagoras, Plato dan Aristoteles sampai Schopenhauer, Nietzche dan Popper. Perbedaan lain dari Estetika adalah estetis filasafati dengan estetis ilmiah. Perbedaan itu terlihat dari berlainannya sasaran yang dikemukakan.
 The Liang Gie merumuskan sasaran-sasaran itu adalah keindahan, keindahan dalam alam dan seni, keindahan khusus pada seni, keindahan ditambah seni, seni, citarasa, ukuran nilai baku, keindahan dan kejelekan, nilai non moral, benda estetis dan pengalaman estetis. Keindahan menurut etimologi berasal dari bahasa Latin bellum akar kata bonum yang berarti kebaikan. Keindahan menurut luasnya dibagi menjadi tiga, yaitu keindahan dalam arti yang terluas, keindahan dalam arti estetis murni, keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan. Teori-teori dalam keindahan yaitu teori subjektif dan objektif, teori pertimbangan, teori bentuk estetis.
Nilai seni antara lain adalah nilai kehidupan, nilai pengetahuan, nilai keindahan, nilai indrawi dan nilai bentuk, dan nilai kepribadian. Seniman dalam menciptakan hasil karyanya ada beberapa teori, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh The Liang Gie (1983) yaitu teori metafisis, teori ekspresi (pengungkapan), teori psikologis, dan teori permainan (Play Theory). Seni sebagai hasil kreasi manusia mempunyai bentuk dan corak yang beraneka ragam. Aliran-aliran dalam seni itu adalah aliran naturalisme, aliran expressionisme dan aliran Impressionisme.


VII. Filsafat Manusia
    Titik tolak dalam filsafat manusia ialah bertolak dari pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang secara wajar ada pada setiap individu yang dimiliki oleh semua orang secara bersama-sama, yang dari situlah sang ilmuwan membangun ilmunya, sang seniman menciptakan karyanya, sang ahli sejarah menelusuri waktu yang telah silam, dan ahli teologi menafsirkan sabda Ilahi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manusia itu terdiri atas dua aspek yang esensial, yakni tubuh dan jiwa. Aspek materialism berpandapat bahwa yang penting adalah tubuh manusia. Aliran spiritualisme berpendapat bahwa yang terpenting dalam diri manusia adalah jiwa. Aliran dualisme berpendapat bahwa tubuh dan jiwa sama pentingnya.
    Manusia didefinisikan animal rationale (Aristoteles), seekor hewan yang dilengkapi dengan akal budi. Rene Descartes mengatakan bahwa manusia merupakan gabungan dari dua substansia, yaitu substansia yang dapat berpikir (jiwanya, rohaninya), dan substansia yang terhampar dalam ruang (raganya, jasmaninya).
    Kata Antropologi berasal dari kata antropos yang berarti manusia dan logos yang berarti pikiran. Secara historis perkembangan filsafat antropologi dirangsang oleh masalah-masalah yang timbul dari krisis ilmu pengetahuan pada beberapa saat tertentu. Perhatian filsafat antropologi diarahkan kepada manusia yang bertanya tentang dirinya, karena filsafat antropologi sebagai salah satu cabang metafisika.
    Filsuf A. Comte yang berpendapat bahwa dari segi pengetahuan kita berturut-turut melewati tiga tahap (stadia) yang berbeda, yaitu Tahap teologis atau tahap yang berdasarkan fantasi, tahap metafisis atau tahap yang abstrak, dan tahap ilmiah atau positif.
    Aliansi atau keterasingan dalam pekerjaan pada pokoknya mempunyai dua segi, yakni keterasingan manusia dari pekerjaannya dan keterasingan dari orang lain. Menurut Erich Fromm dimensi keterasingan itu adalah keterpisahan, ketidakberdayaan, kecemasan, kesemuan, dan penolakan diri.

VIII. Filsafat Sosial (Masalah Hukum dan Keadilan)
    Yang dimaksud Filsafat social menurut Gordon Graham adalah filsafat yang mempertanyakan persoalan kemasyrakatan (society), pemerintahan (government), dan negara (state). Yang membedakan norma hukum dari norma umum lainnya adalah kalau berlaku kurang sopan maka akan dipukul orang,  kalau berlaku amoral maka akan ditegur atau dijauhi orang, kalau berlaku melanggar hukum akan ditangkap, dihadapkan ke pengadilan dan dijatuhkan hukuman. Fungsi hukum yang paling dasar adalah mencegah konflik kepentingan dipecahkan dalam konflik terbuka, artinya semata-mata atas dasar kekuatan dan kelemahan pihak-pihak yang terlibat.
    Hukum yang hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakuan dan pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Kepastian hukum yang pertama berarti kepastian dalam pelaksanaannya, yang dimaksud adalah bahwa hukum yang resmi diperundangkan dilaksanakan dengan pasti oleh negara. Sifat hakiki yang kedua adalah keadilan. Tuntutan keadilan adalah dalam arti formal keadilan menuntut bahwa hukum berlaku umum.
Istilah Inggris justice berasal dari perkataan lain justitia, yang kata dasarnya jus. Perkataan jus berarti hukum atau hak. Dengan demikian, salah satu makna dari justice ialah hukum (law).
The Liang Gie dalam bukunya teory-teory keadilan membagi teory keadilan dalam tiga bagian, yaitu teori klasik, teori keadilan abad pertengahan, dan teori keadilan pada zaman modern. Keadilan social belum dipersoalkan di zaman feodalisme. Feodalisme adalah ketidaksamaan hak para raja dan kaum bangsawan untuk memperoleh pelayanan pekerjaan masyrakat lain, dianggap sesuatu yang wajar. Keadilan merupakan suatu masalah structural. Kemiskinan bukan sesuatu yang harus diterima, yaitu kesadaran bahwa hubungan antar golongan dalam masyrakat ditentukan oleh mereka yang menjalani produksi.


IX. Sejarah Filsafat Barat
    Lahirnya filsafat di Yunani diperkirakan pada abad ke-6 SM. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. K. Bertens menyebutkan ada tiga factor yaitu :
1.    Pada bangsa yunani, seperti bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya dan luas.
2.    Kesusasteraan Yunani
3.    Pengaruh ilmu pengetahuan sudah terdapat di Timur Kuno.
Sejarah filsafat barat dibagi dalam empat periode, yaitu zaman filsafat yunani kuno (600 SM-400 M), Zaman kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. zaman keemasan filsafat Yunani, masa helinitis dan Romawi, pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu Stoisisme, Epikurisme, Skeptisisme, Eklektisisme, Neo Platonisme. Zaman abad pertengahan, pada zaman ini mengalami dua priode yaitu periode Partistik dan periode Skolastik. Zaman modern, dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani Romawi) dan masa kini, dimulai pada abad ke-19 dan 20 dengan timbulnya berbagai aliran yang berpengaruh seperti Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Pragmatisme, Neo Kantianisme, Neo Tomisme, dan Fenomenologi.

X. Sejarah Filsafat Timur
    Filsafat Cina erat hubungannya dengan keadaan alam dan masyrakat. Filsafat cina mempunyai ciri khusus, yaitu yang menjadi tema dari filsafat dan kebudayaan adalah perikemanusiaan atau ‘jen’. Menurut Confusius ‘jen’ itu menpunyai dua segi, yaitu segi positif : Chung dan segi negative : Shu.
    Filsafat Cina dibagi dalam empat periode, yakni zaman Kuno (600-200 SM), zaman ini ditandai dengan munculnya aliran-aliran filsafat klasik antara lain Konfusianisme – Ju Chia, Taoisme : Tao te Chia, Mazhab Yin Yang, Mohisme atau Mo Chia, Dialektisisme : Ming Chia, Legalisme : Fa Chia. Zaman pembaruan, zaman ini ditandai dengan masuknya Budhisme dari India, yang kemudian berkembang pesat di Cina dan memberikan warna baru bagi pemikiran kefilsafatan di Cina. Zaman Neo-Konfusianisme, zaman ini ditandai dengan adanya gerakan untuk kembali kepada ajaran-ajaran konfusius yang asli. Zaman Modern, pada zaman modern pemikiran kefilsafatan sangat banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang berasal dari barat, hal ini karena banyaknya paderi-paderi yang masuk ke daratan Cina.
    Menurut Rabindranath Tagore (1861-1941) filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan kosmos.
    Pemikiran dalam filsafat Islam dimulai kira-kira pada Tahun 700 M, dan periode ini sering dinamakan periode skolastik sampai pada tahun 1450. Filsafat skolastik Islam dibagi menjadi dua periode yaitu Periode Mutakallimin dan periode Filsafat Islam.